Bagi agan-agan Farmasis yg butuh E-Book farmasi silahkan disedot di sini gan GRATIS!!!
AHFS Drug Information
Bioactive molecules and medicinal plants
BIOMARKERS IN DRUG DEVELOPMENT
British National Formulary For Children 2009
Bugg Introduction to Enzyme and Coenzyme Chemistry 2nd ed
Chemistry of Drugs
Color Atlas of Pharmacology
Ebadi Pharmacodynamic Basis of Herbal Medicine 2nd ed
Flash Chromatography
Handbook of Pharmaceutical Excipients 5th edition
Handbook of Pharmaceutical Excipients 6th Ed
Herbal Medicines
Manual of Pharmacology and Therapeutics 2008
Martindale 36 edition
Medicinal Chemistry Gareth Thomas
Medicinal natural Product, 3rd edition
Modern Pharmaceutics
Parenteral Quality Control
Pharmaceutical Dosage Forms Tablets Vol. 1
Pharmaceutical Dosage Forms Tablets Vol. 3
Pharmaceutics Dosage Form and Design
Teori Suspensi
E-BOOK MIKROBIOLOGI
ABC of AIDS
ABC of Sexually Transmitted Infections
Antiviral Methods and Protocols
Antiviral Agents, Vaccines, and Immunotherapies
Applied Dairy Microbiology
Antimicrobial Pharmacodynamics in Theory and Clinical
Antimicrobial Terapy Medical Letter
Antibiotic Guideline
Atlas of Medical Helminthology and Protozoology
Algae - Anatomy, Biochemistry, and Biotechnology
Antibiotic Resistance
Avian Influenza Virus
Antibiotics as Anti-Inflammatory and Immunomodulatory
Bacteria from Fish and Other Aquatic Animals
Buku Ajar Mikrobiologi
Laboratory Manual and Workbook in Microbiology Applications to Patient Care 7th ed.
Microbial Limit and Bioburden Tests Validation Approaches and Global Requirements Second Edition
Microbiological Applications Lab Manual - Benson
Molecular Diagnosis of Infectious Diseases
Pharmaceutical Microbiology 6th ed - W. Hugo, A. Russell (Blackwell,1998) WW
Salmonella Methods and Protocols
E-BOOK COSMETIC
Consumer Testing and Evaluation of Personal Care Products Cosmetic Science and Technology by Howard R Moskowitz - 5 Star Review
Cosmetic formulation of skin care product
Delivery System Handbook for Personal Care and Cosmetic Products Technology, Applications and Formulations
Dermatologic, Cosmeceutic, and Cosmetic Development - Therapeutic and Novel Approaches
Handbook of Cosmetic, 2nd Edition
Handbook of Cosmetic Science and Technology 3rd ed.
Farmasi Info & Education
Blog Ini Dibuat untuk mempermudah calon-calon farmasist untuk mendapatkan info maupun edukasi mengenai dunia farmasi, terutama untuk pembuatnya sendiri
Senin, 24 November 2014
Rabu, 09 Januari 2013
Interaksi Obat Dengan Obat Lain
Interaksi Obat Dengan Obat Lain
1.
Interaksi beta-blocker dengan anti hipertensi.
1.1.
Beta-blocker dengan diuretika.
Diuretika
sering digunakan untuk terapi hipertensi. Tapi kalau diuretika saja
maka hasil terapinya
terbatas. Untuk mencapai hasil yang lebih baik maka sebaiknya dikombinasikan
dengan anti hipertensi lain. Percobaan di klinik menunjukkan bahwa kombinasi
beta-blocker dengan diuretika diperoleh kerja anti hipertensi yang lebih baik.
Dalam hal ini tidak terjadi postural hipotensi dan tachycardi yang disebabkan
oleh diuretika (thiazide). Dan juga peninggian plasma renin akibat pemberian
diuretika akan dikurangi oleh beta-blocker
1.2. Beta-blocker
dengan Vasodilator.
Kombinasi obat ini akan
menghasilkan effek terapi yang lebih baik. Ternyata effek sampingnya akan berkurang.
Pemberian hydralazine yang menimbulkan reflex tachycardi akan berkurang bila pemberiannya
dikombinasikan dengan beta-blocker
1 .3. Beta-blocker
dengan methyldopa.
Penggunaan kombinasi
dari methyldopa dan beta-blocker ternyata lebih aman dibandingkan dengan
pemakaiannya secara tunggal. Effek samping dari methyldopa berupa postural
hipotensi akan hilang bila diberikan bersamasama dengan beta-blocker.
1.4. Beta-blocker dengan guanethidine
dan bethadine.
Pengaruh kombinasi ini
hampir sama dengan kornbinasi beta-blocker dengan methyldopa. Effek samping dari
guanethidine dan bethadine akan
berkurang, terutama postural hipotensi yang disebabkan guanethidine dan
bethadine.
2.
Interaksi Beta-blocker dengan anti-arrhythmia.
2.1. Beta-blocker
dengan digitalis.
Pengobatan arrhythmia
dengan digitalis dapat menimbulkan paroxysmal tachycardia. Maka pemberian
beta-blocker bersama-sama dengan digitalis dapat mengontrol tachycardi dengan
baik.
2.2. Beta-blocker
dengan quinidine.
Quinidine yang
digunakan pada arrhythmia jantung dapat rnenimbulkan ventricular fibrillation.
Bila diberikan bersama-sarna dengan beta-blocker maka effek samping ini
berkurang.
2.3. Beta-blocker
dengan procainamide.
Pemberian procainamide
sebagai anti-arrhythmia dapat menimbulkan
penurunan tekanan darah
yang sangat cepat terutama bila diberikan secara intravena. Pemberian
bersama-sama dengan beta-blocker akan menyebabkan effek yang berbahaya karena
bekerja sinergistik.
3.
Int.eraksi beta-blocker dengan anti-depressan dan antl-psikotik
tranguikner.
Pemberian
anti-depressan misalnya derivat tricyclic dan derivat phenothiazine dapat
menimbulkan dysrhythmia. Maka pemberian beta-blocker akan menghindarkan effek
dysrhythmia akibat pemberian anti-depressan tersebut.
4.
Interaksi beta-blocker dengan alfa adrenergik stimulan.
Pada percobaan
menunjukkan bahwa pemberian beta-blocker bersama-Sama dengan norepinephrine
akan menyebabkan Vasokonstriksi. Akibat yang sangat! merugikan ialah ganggren.
Hal ini timbul karena norepinephrine effeknya dominan terhadap reseptor alfa.
5.
Interaksi beta-blocker dengan neuromuskular-blocker.
Beta-blocker yang
dikombinasikan dengan neuromuskular-blocker misalnya : succinycholine,
Decamethonium, d-Tubocurarine, Gallamine, akan menimbulkan kerja sinergistik.
6.
Interaksi beta-blocker dengan obat hipoglikemik.
Gabungan kedua obat ini
menghasilkan effek sinergistik. Hal ini terjadi karena beta-blocker
mempengaruhi kerja glikogenolitik dari glukagon dan juga merangsang pelepasan
insulin.
7.
Interaksi beta-blocker dengan anti-inflammasi.
Beta-blocker menghambat
effek anti-inflammasi dari obat-obat Natrium
salisilat, Aminopirin,
Fenilbutazon, Hidrokortison. Hal ini disebabkan karena kompetisi langsung antara
kedua obat ini pada reseptor yang sama.
8.
Interaksi beta-blocker dengan anti-angina.
Gabungan kedua obat ini
menghasilkan sinergisme. Beta-blocker mengurangikerja jantung dengan mengurangi
heart rate. Demikian pula Nitrat berbuat hal yang Sama dengan mengurangi Venous
return dan volume serta tekanan dalam ventrikell kiri.
9.
Interaksi beta-blocker dengan atropin.
Gabungan kedua obat ini
dapat memperbaiki sinus tachycardia yang terjadii karena pernberian dosis besar
atropin pada pengobatan keracunan insektisida organofosfat. Sebaliknya kejadian
bradikardi akibat kelebihan dosis beta-blocker dapat diatasii dengan pemberian
atropine.
10.
Interaksi beta-blocker dengan tembakau.
Pada mereka yang banyak
merokok pemakaian beta-blocker akan memerlukan dosis yang iebih besar. sebab
tembakau bekerja antagonistik dengan beta-blocker.
11. Pada penderita
penyakit-penyakit yang tersebut dibawah ini, sebaiknya dosis beta-blocker dikurangi, yaitu pada
penderita Rheimatoid arthritis, Colitis ulcerosa Staphylococcal pneumonia dan
Chron's disease.
Interaksi Obat Dengan Makanan
Jus jeruk
Jus jeruk menghambat enzim yang terlibat dalam metabolisme
obat sehingga mengintensifkan pengaruh obat-obatan tertentu. Peningkatan
pengaruh obat mungkin kelihatannya baik, padahal tidak. Jika obat diserap lebih
dari yang diharapkan, obat tersebut akan memiliki efek berlebihan. Misalnya,
obat untuk membantu mengurangi tekanan darah bisa menurunkan tekanan darah
terlalu jauh. Konsumsi jus jeruk pada saat yang sama dengan obat penurun
kolesterol juga meningkatkan penyerapan bahan aktifnya dan menyebabkan
kerusakan otot yang parah. Jeruk yang dimakan secara bersamaan dengan obat
anti-inflamasi atau aspirin juga dapat memicu rasa panas dan asam di perut
Kalsium
Kalsium atau makanan yang mengandung kalsium, seperti susu
dan produk susu lainnya dapat mengurangi penyerapan tetrasiklin.
Vitamin K
Makanan yang kaya vitamin K (kubis, brokoli, bayam, alpukat,
selada) harus dibatasi konsumsinya jika sedang mendapatkan terapi antikoagulan
(misalnya warfarin), untuk mengencerkan darah. Sayuran itu mengurangi
efektivitas pengobatan dan meningkatkan resiko trombosis
(pembekuan darah).
1. NSAIDs +
Tobacco
• Klirens diflunisal, phenazone (antipyrine)
dan fenilbutazon lebih besar pada perokok dibandingkan non-perokok.
• Perokok memerlukan dosis diflunisal,
phenazone (antipyrine) dan fenilbutazon yang
lebih besar untuk memiliki efek
yang sama dibanding non perokok.
MK: Hal ini mungkin sebagai akibat dari
rokok yg
menyebabkan induksi CYP1A2, enzim yang terlibat dalam metabolisme diflunisal,
phenazone (antipyrine) dan fenilbutazon .
• Perokok dan mantan perokok pasca
operasi memerlukan dosis morfin yang lebih tinggi dibandingkan non
perokok.
• Dalam studi lain ditemukan bahwa
metabolisme pentazocine adalah 40% lebih tinggi pada perokok
dibandingkan non-perokok.
3. Paracetamol (Acetaminophen) + Tobacco
• Tidak ada
perbedaan klirens dosis 1 g tunggal parasetamol pada 6 perokok sehat (lebih
dari 15 batang rokok per hari) dan 6 yang sehat (non-perokok).
• Tidak
ditemukan perbedaan dalam farmakokinetik dosis tunggal 650-mg intravena
parasetamol pada 14 perokok (kisaran 8-35 rokok per hari) dan 15 non-perokok.
• Rasio
metabolit parasetamol (glucuronides) adalah 83% lebih tinggi pada perokok berat
9 (sekitar 40 rokok setiap hari), menunjukkan daripada di 14 bukan perokok .
Namun pada perokok sedang (sekitar 10 rokok sehari) tidak lebih tinggi.
• Studi
retrospektif pasien dirawat karena keracunan parasetamol jauh lebih tinggi dari perokok daripada non
perokok, populasi (70% banding 31%).
MK: Rokok menginduksi
metabolisme parasetamol oleh isoenzim sitokrom P450 CYP1A2.
4. Flecainide (antiaritmia) + Tobacco
• Perokok memerlukan dosis yang lebih
besar flecainide dibandingkan non-perokok
• Dalam penelitian farmakokinetik,
ditemukan kirens flecainide 50% lebih
tinggi pada perokok dibandingkan non-perokok
MK:Rokok menginduksi enzim sitokrom P450
di hati yang berkaitan dengan
O-dealkylation dari flecainide yang dikeluarkan lebih cepat dari tubuh.
5. Coumarins +
Tobacco
• Ditemukan kadar warfarain meningkat 13% pada pasien yang
berhenti merokok
MK:. Beberapa
komponen dari asap tembakau bertindak sebagai isoenzim sitokrom P450 induser,
yang mungkin menyebabkan peningkatan kecil dalam metabolisme warfarin. Ketika
berhenti merokok, enzim metabolismewarfarin tidak lagi diinduksi.
6. Insulin +
Tobacco
• Penderita diabetes yang merokok tembakau mungkin perlu
lebih banyak insulin subkutan
MK: Penurunan penyerapan insulin pada
subkutan karena vasokonstriksi perifer.
7. Antipsychotics
+ Tobacco or Cannabis
• Perokok
tembakau atau ganja yang mungkin memerlukan dosis yang lebih besar
klorpromazin, fluphenazine, haloperidol atau tiotixene dibanding bukan perokok.
• Studi dari 403
pasien yang menerima klorpromazin. Ditemukan frekuensi mengantuk 16% pada
pasien non perokok, 13% pada perokok
ringan dan 3 % pada perokok berat.
MK: Rokok induktor enzim, kadar serum
berkurang dan efek kliinis menurun.
8. Benzodiazepines
and related drugs + Tobacco
• Studi terhadap
diazepam, chlordiazepoxid dan zoldipem. Efek mengantuk pada perokok menurun.
MK: Induktor enzim
9. Clozapine +
Tobacco
• Sebuah penelitian retrospektif
menemukan bahwa klirens clozapine 86% lebih tinggi pada perokok dibandingkan
non-perokok.
10. Olanzapine + Tobacco
• Merokok tembakau meningkatkan klirens
olanzapine.
• Manufaktur mengatakan bahwa perokok
memiliki klirens olanzapine 40% lebih besar dari dibandingkan non-smokers
11. Beta blockers + Tobacco ± Coffee and Tea
• Merokok tembakau dapat mengurangi efek
terapi dari beta blockers. Diperlukan peningkatan dosis dari beta blockers
Minum teh atau kopi dapat memiliki efek yang sama tetapi lebih kecil.
Minum teh atau kopi dapat memiliki efek yang sama tetapi lebih kecil.
• Kadar plasma propanolol menurun. Pada
atenolol tdk signifikan.
MK:
Merokok tembakau meningkatkan denyut jantung, tekanan
darah dan keparahan iskemia miokard. Hal ini akibat efek dari nikotin mungkin
sebagai efek langsung dari nikotin yang mengurangi kadar oksigen yang dibawa
dalam darah.
12.
H2-receptor antagonists + Tobacco or Nicotine
• Merokok dapat
mengurangi kadar plasma dari cimetidine dan ranitidine,
tetapi tidak tampak mempengaruhi famotidin.
tetapi tidak tampak mempengaruhi famotidin.
• Penyembuhan ulkus duodenum pada pasien yang memakai
H2-reseptor antagonis seperti cimetidine, famotidin, nizatidin dan ranitidine
lebih lambat dan kekambuhan ulkus lebih sering terjadi pada perokok daripada
non-perokok.
Hal ini sangat mungkin bahwa ini adalah akibat merokok menjadi faktor risiko untuk terjadinya ulcers duodenum daripada interaksi yang signifikan antara merokok dan H2-reseptor antagonis.
Hal ini sangat mungkin bahwa ini adalah akibat merokok menjadi faktor risiko untuk terjadinya ulcers duodenum daripada interaksi yang signifikan antara merokok dan H2-reseptor antagonis.
13. Hormonal contraceptives +
Tobacco
• Ada bbrp bukti bhw merokok meningkatkan resiko perdarahan
dengan kontrsepsi kombinasi oral.
• Resiko penyakit
kardiovaskuler pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral kombinasi sangat
meningkat jika mereka merokok.
Merokok
meningkatkan metabolisme (2-hidroksilasi) estradiol endogen.
14.
Theophylline + Tobacco
• Perokok berat memerlukan dosis
theophylline yang lebih besar daripada pasien non perokok untuk mendapatkan
efek terapi yang sama.
• Tembakau
mengandung hidrokarbon polisiklik, yang bersifat induktor dari isoenzim sitokrom P450 yang
CYP1A2, meningkatkan clearance
teofilin.
15.
Tricyclic antidepressants + Tobacco
• Merokok dpt mengurangi
kadar plasma dari amitriptilin, clomipramine,
desipramin, imipramine.
desipramin, imipramine.
• Pasien depresi perokok memerlukan
dosis antidepresan trisiklik yang lebih besar daripada non perokok untuk mengatasi
depresi.
Interaksi Obat
Dengan Alkohol
Alkohol
juga akan meningkatkan resiko pendarahan lambung dan kerusakan hati jika
dikonsumsi bersama obat-obat penghilang rasa sakit seperti parasetamol atau
asetaminofen. Alkohol juga dilarang diminum bersama dengan obat-obat penurun
tekanan darah tinggi golongan beta-blocker seperti propanolol. Kombinasi
alcohol- propanolol dapat menurunkan tekanan darah secara drastis dan
membahayakan
Senin, 14 Mei 2012
ANTIMIKROBA
ANTIMIKROBA A.K.A Antibiotik
Posted on September 29, 2010 by biofarmasiumi
Oleh : Sitti Amirah, Siska Nurianti, Hendra Herman, Sukmawati, Sri wahyuni,
· Defenisi antimikroba
Antimikroba adalah bahan-bahan atau obat-obat yang digunakan untuk memberantas/membasmi infeksi mikroba, khususnya yang merugikan manusia,terbatas yang bukan parasit diantaranya antibiotika, antiseptika, khemoterapeutika, preservative.
Antibiotika adalah suatu senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme, yang dalam konsentrasi kecil mempunyai kemampuan menghambat atau membunuh mikroorganisme lain.
· Penggolongan antimikroba
1. Berdasarkan mekanisme kerjanya
1. 1. Bersifat sebagai antimetabolit/ penghambatan metabolisme sel.
Koenzim asam folat di perlukan untuk sintesis purin dan pirimidin (prekursor DNA dan RNA) dan senyawa-senyawa lain yang dipelukan untuk pertumbuhan seluler dan replikasi. Untuk banyak mikroorganisme, asam p-amino benzoate (PABA) merupakan metabolit utama. Antimikroba seperti sulfonamide secara struktur mirip dengan PABA, asam folat, dan akan berkompetisi dengan PABA untuk membentuk asam folat, Jika senyawa antimikroba yang menang bersaing dengan PABA maka akan terbentuk asam folat non fungsional yang akan mengganggu kehidupan mikroorganisme.
Contoh obat: Sulfonamid, trimetoprim, asam p-aminosalisilat
1. 2. Penghambatan sintesis dinding sel
Antimikroba golongan ini dapat menghambat biosintesis peptidoglikan, sisntesis mukopeptida atau menghambat sintesis peptide dinding sel , sehingga dinding sel menjadi lemah dank arena tekanan turgor dari dalam, dinding sel akan pecah atau lisis sehingga bakteri akan mati.
Contoh obat: penisilin, sefalosforin, sikloserin, vankomisin, basitrasin, dan antifungi gol. Azol.
1. 3. Penghambatan fungsi permeabilitas membrane sel
Antimikroba bekeja secara langsung pada membrane sel yang mempengarui permeabilitas dan menyebabkan keluarnya senyawa intraseluler mikroorganisme, sehingga sel mengalami kerusakan bahkan mati.
Contoh Obat : polimiksin, nistatin, dan amfoteresin B
1. 4. Penghambatan sintesis protein yang reversible
Mempengaruhi fungsi sub unit 50S dan 30S. Antimikroba akan menghambat reaksi transfer antara donor dengan aseptor atau menghambat translokasi t-RNA peptidil dari situs aseptor kesitus donor yang menyebabkan sitesis protein terhenti.
Contoh obat : kloramfenikol, gol. Tetrasiklin, eritromisin, klindamisin, dan pristinamisin
1. 5. Pengubahan sintesis protein
Berikatan dengan subunit ribosom 30S dan mengubah sintesis protein, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kematian sel
Contoh obat : aminoglikosida
1. 6. Penghambatan asam nukleat
Antimikroba mempengaruhi metabolis asam nukleat bakteri, contoh obat : gol. Rifamisin, yang menghambat RNA polimerase , dan yang menghambat topoisomerase Contoh obat : golongan kuinolon
1. 7. seny. Antivirus yang terdiri beberapa gol :
a. Analog asam nukleat, secara selektif menghambat DNA polimerase virus (asiklovir ), menghambat transkriptase balik (zidovudin)
b. Inhibitor transkriptase balik non-nukleosida (nevirapin)
c. Inhibitor enzim2 esensial virus lainnya, mis.inhibitor protease HIV atau neuranidase influenza.
Cat :
Mekanisme kerja pasti beberapa seny. Antimikroba masih belum diketahui.
1. Berdasarkan spektrumnya
2. Antibiotik dengan spektrum luas, efektif baik terhadap gram positif maupun gram negatif
Contoh obat: tetrasiklin, amfenikol, aminoglikosida, makrolida, rifampisin, turunan penisilin (ampisilin, amoksisilin, bakampisilin, karbanesilin, hetasilin, pivampisilin, sulbenisilin, dan tirkasilin), dan sebagian besar turunan sefalosporin
1. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap gram positif
Contoh obat: basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin sprt benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetilisin K, metisilin Na, turunan linkosamida, asam fusidat, dan beberapa turunan sefalosporin.
Contoh obat: basitrasin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin sprt benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, fenetilisin K, metisilin Na, turunan linkosamida, asam fusidat, dan beberapa turunan sefalosporin.
2. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri gram negatif Contoh obat: kolkistin, polimiksin B sulfat, dan sulfomisin
3. Antibiotik yang aktivitasnya lebih dominan thdp Mycobacteriae (antituberkulosis)
Contoh obat: streptomisin, kanamisin, sikloserin, rifampisin, viomisin, dan kapreomisin
1. Antibiotik yang aktif terhadap jamur (antijamur),
Contoh obat: griseofulvin, dan antibiotik polien seperti nistatin, amfoterisin B, dan kandisidin
1. Antibiotik yang aktif terhadap neoplasma (antikanker)
Contoh obat: aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, mitomisin, dan mitramisin
1. Berdasarkan Struktur kimianya
1. Antibiotik β-laktam
2. Turunan amfnikol
3. Turunan tetrasklin
4. Aminoglikosida
5. Makrolida
6. Polipeptida
7. Linkosamida
8. Polien
9. Ansamisin
10. Antrasiklin
D. Berdasarkan Aksi utamanya
1. Bakteriostatik : menghambat pertumbuhan mikroba
Contoh obat : Penisilin, Aminoglikosid, Sefalosporin, Kotrimoksasol, Isoniasid, Eritromisin (kadar tinggi), Vankomisin
1. Bakterisida : membunuh / memusnahkan mikroba
Contoh obat : Tetrasiklin, Asam fusidat, Kloramfenikol, PAS, Linkomisin, Eritromisin kadar rendah), klindamisin
1. Berdasarkan Tempat kerjanya
1. Dinding sel, menghambat biosintesis peptidoglikan, Contoh obat: penisilin, sefalosporin, basitrasin, vankomisin, sikloserin.
2. Membran sel, fungsi dan integritas membran sel, Contoh obat: nistatin, amfoteresin, polimiksin B.
3. Asam nukleat, menghambat biosintesis DNA, mRNA, biosintesis DNA dan mRNA Contoh obat: mitomisin C, rifampisin, griseofilvin
4. Ribosom, menghambat biosintesis protein (subunit 30S prokariotik contoh: aminosiklitol, tetrasiklin, subunit 50S prokariotik contoh: amfenicol, makrolida, linkosamida.
Resistensi
Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel mikroba oleh antimikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup.
Pembagian resistensi :
1. 1. Resistensi genetic
1. Mutasi spontan
- gen mikroba berubah karena pengaruh AM
- terjadi seleksi, galur resisten bermultiplikasi, yang peka terbasmi, tersisa populasi
resisten
1. Resistensi dipindahkan
- Transformasi
- Transduksi
- Konjugasi
1. 2. Resistensi silang
Keadaan resistensi terhadap Antimikroba tertentu yang juga memperlihatkan resistensi terhadap Antimikroba yang lain
Terjadi :
- antara Antimikroba dengan struktur kimia yang mirip
- antara Antimikroba beda struktur tapi mekanisme kerja mirip
Mekanisme resistensi
1. Perubahan tempat kerja (target site) obat antimikroba
2. Mikroba menurunkan permeabilitasnya sehingga obat sulit masuk kedalam sel
3. Inaktivasi obat oleh mikroba
4. Mikroba membentuk jalan pintas untuk menghindari tahap yang dihambat oleh mikroba
5. Meningkatkan produksi enzim yang dihambat oleh antimikroba
Efek Samping Penggunaan Antimikroba
1. Reaksi Alergi ; reaksi ini dapat ditimbukan oleh semua antibiotic dengan melibatkan system imun tubuh hospes.
2. Reaksi idiosinkrasi ; gejala ini merupakan reaksi abnormal yang diturunkan secara genetic terhadap pemberian antimikroba tertentu.
3. Reaksi toksik; AM pada umumnya bersifat toksik – selektif, tetapi sifat ini relative. Selain itu yang turut menentukan terjadinya reaksi toksik yaitu fungsi organ/system tertentu sehubungan dengan biotransformasi dan eksresi obat.
4. Perubahan biologic dan metabolik ; penggunaan AM, terutama yang bersepektrum luas dapat mengganggu keseimbangan ekologik mikroflora sehingga jenis mikroba yang meningkat jumlah populasinya dapat menjadi patogen. Gangguan keseimbangan ekologik mikroflora normal tubuh dapat terjadi di saluran cerna, nafas kulit dan kelamin.
Langganan:
Postingan (Atom)