Obat Diabetes Mellitus
Posted on October 19, 2010 by biofarmasiumi
oleh : Safriani Rahman, Sitti Amirah
1. Pendahuluan
Diabetes merupakan penyakit tunggal, yaitu suatu grup sindrom heterogen yang semua gejalanya ditandai dengan peningkatan kadar gula darah yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut. Insulin merupakan protein kecil yang mengandung dua rantai polipeptida yang dihubungkan dengan ikatan disulfida yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Insulin ini adalah salah satu hormon yang dihasilkan oleh sel β pulau Langerhans yang berada di dalam kelenjar pankreas.
Pankreas adalah kelenjar memanjang yang terletak di belakang dan di bawah lambung, di atas lengkungan pertama duodenum. Pankreas ini terdiri dari jaringan eksokrin dan endokrin. Bagian eksokrin pankreas mengeluarkan basa encer dan enzim-enzim pencernaan melalui duktus pankreatikus ke dalam lumen saluran pencernaan. Bagian endokrin pankreas dikenal sebagai pulau-pulau Langerhans. Paling sedikit terdapat empat peptida dengan aktivitas hormonal yang disekresikan oleh pulau-pulau Langerhans pankreas. Jenis sel endokrin pankreas adalah sel α yang menghasilkan glukagon, sel β yang menghasilkan insulin, memiliki fungsi penting dalam pengaturan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. sel D adalah tempat sintesis somatostatin, berperan dalam pengaturan sekresi sel pulau, dan sel PP (polipeptida pankreas), mungkin terutama berperan pada fungsi saluran cerna. Glukagon, somatostatin, dan mungkin polipeptida pankreas juga disekresikan oleh sel-sel di mukosa saluran cerna.
Hormon pankreas yang paling penting untuk mengatur metebolisme glukosa adalah insulin dan glukagon. Dalam keadaan normal jika kadar glukosa darah naik maka insulin akan dikeluarkan dari kelenjar pankreas dan masuk ke dalam aliran darah. Dalam aliran darah insulin akan menuju ke tempat kerjanya (reseptor) yaitu 50% ke hati, 10-20% ke ginjal, dan 30-40% bekerja pada sel darah, otot, dan jaringan lemak. Insulin memiliki peran yang penting dalam pengaturan glukosa darah. Insulin meningkatkan ambilan glukosa dalam sel otot dan lemak serta menghambat produksi glukosa hepatik. Fungsi insulin yang lain adalah menstimulus pertumbuhan dan diferensiasi sel, meningkatkan penyimpanan substrat dalam sel lemak, hati, dan otot melalui stimulasi, lipogenesis, glikogenesis, dan pemecahan protein, serta menghambat lipolisis, glikogenolisis, dan pemecahan protein. Adanya insulin inilah yang memungkinkan kadar glukosa darah akan normal kembali.
2. Patofisiologi
1. Peningkatan glucagon
2. Peningkatan produksi glukosa oleh hati
3. Penurunan kadar somatostatin
4. Peningkatan Growth hormon, cortisol, epinephrin dll
Diabetes mellitus melibatkan :
A. Metabolisme Karbohidrat
Fungsi utama karbohidrat dalam metabolisme adalah sebagai bahan bakar untuk oksidasi dan menyediakan energy untuk proses metabolic lain, karbohidrat dipergunakan oleh sel terutama dalam bentuk glukosa metabolisme karbohidrat yang terdiri dari :
1. Glikolisis: oksidasi glukosa atau glikogen menjadi piruvat atau asam laktat melalui Emden-Meyerhoff
2. Glikogenesis : sintesis glikogen dari glukosa
3. Glikogenolisis : pemecahan glikogen. Glukosa merupakan hasil akhir utama glikogenolisis dalam hati, dan piruvat serta laktat serta laktat merupakan hasil utama merupakan hasil utama dalam otot.
4. Oksidasi asam piruvat menjadi asetil-KoA : ini merupakan langkah penting sebelum masuknya produk glikolisis ke dalam siklus asam sitrat yang merupakan jalan akhir bersama untuk oksidasi karbohidrat, lemak, dan protein.
5. Heksosa monophosphat shunt (jalan pentosa phosfat): merupakan jalan lain selain jalan Emden-Meyerhof untuk oksidasi glukosa. Fungsi utamanya adalah sintesis perantara penting seperti NADPH dan ribose
6. Glukoneogenesis : pembentukan glukosa atau glikogen dari sumber bukan karbohidrat. Substrat utama untuk glukoneogenesis adalah asam amino amino glukogenik, asam laktat, gliserol.
7. Metabolisme glukosa. Makanan yang dikomsumsi sehari-hari itu umumnya adalah karbohidrat, protein, dan lemak. setelah makanan ini dikunyah di dalam mulut sampai masuk ke dalam usus akan diproses oleh berbagai macam enzim yang terdapat dalam air liur, getah lambung, dan getah usus. Karbohidrat akan dipecah menjadi monosakarida (glukosa 80%), protein diubah menjadi asam amino, sedangkan lemak akan dirubah menjadi asam lemak. Glukosa, asam amino, dan asam lemak ini kemudian diserap melalui dinding usus dan masuk ke dalam peredaran darah. Glukosa sebagian disimpan dalam hati menjadi glikogen, sebagian lagi masuk ke dalam sel jaringan lain seperti otak, otot, dan jaringan lemak untuk disimpan atau dimetabolisir menjadi energi. Kelebihan glukosa di otot akan disimpan sebagai glikogen, dan glukosa yang masuk ke dalam jaringan lemak disimpan sebagai trigliserida. Pada keadaan dimana kadar insulin cukup atau fungsi aktivitas insulin tidak terganggu maka kelebihan glukosa yang adalah di dalam peredaran darah setelah makan akan segera diubah dan disimpan atau dimanfaatkan untuk proses metabolisme tubuh.
B. Metabolisme protein
Glukosa dalam sel merupakan sumber energi untuk metabolisme dan mempertahankan integritas protein .
·
· Penurunan jumlah Insulin menyebabkan uptake glukosa menurun.
· glukosa intracellular menurun
· otot skeletal mengambil energi dari perubahan/katabolisma protein menjadi asam amino.
· Asam amino dibawa ke hepar diubah menjadi glukosa (gluconeogenesis)
C. Metabolisme lemak
3. Sekresi Insulin
Sekresi insulin oleh sel β tergantung oleh 3 faktor utama yaitu, kadar glukosa darah, ATP-sensitive K channels, dan Voltage-sensitive Calcium channels sel β pankreas. Mekanisme ketiga faktor ini sebagai berikut : pada keadaan puasa saat kadar glukosa darah turun, ATP-sensitive K channels di membran sel β akan terbuka sehingga ion kalium akan meninggalkan sel β, dengan demikian mempertahankan potensial membrane dalam keadaan hiperpolar sehingga Ca-channels tertutup, akibatnya kalsium tidak dapat masuk ke dalam sel β sehingga perangsangan sel β untuk mensekresi insulin menurun. Sebaliknya pada keadaan setelah makan, kadar glukosa darah yang meningkat akan ditangkap oleh sel β melalui glucose transporter 2 (GLUT 2) dan dibawa ke dalam sel. Di dalam sel, glukosa akan mengalami posforilase menjadi glukosa-6 fosfat dengan bantuan enzim penting, yaitu glukokinase. Glukosa-6 fosfat kemudian akan mengalami glikolisis dan akhirnya akan menjadi asam piruvat. Dalam proses glikolisis ini akan menghasilkan 6-8 ATP. Penambahan ATP akan meningkatkan rasio ATP/ADP dan ini akan menutup kanal kalium. Dengan demikian kalium akan tertumpuk dalam sel dan terjadilah depolarisasi membran sel, sehingga membuka kanal kalsium dan kalsium akan masuk ke dalam sel. Dengan meningkatnya kalsium intrasel akan terjadi translokasi granul insulin ke membrane dan insulin akan dilepaskan ke dalam darah.
Mekanisme yang dipakai oleh insulin untuk menyebabkan timbulnya pemasukan glukosa dan penyimpanan dalam hati meliputi beberapa langkah yang terjadi secara bersamaan:
1. Insulin menghambat fosforilase hati
2. Insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah oleh sel-sel hati.
3. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis glikogen.
2. Insulin meningkatkan pemasukan glukosa dari darah oleh sel-sel hati.
3. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim-enzim yang meningkatkan sintesis glikogen.
4. Pengangkut-pengangkut glukosa :
GLUT 1
Jaringan : Semua jaringan, khususnya sel – sel merah, otak.
Fungsi : Ambilan glukosa basal; transport melintasi sawar darah otak.
GLUT 2
Jaringan : Sel – sel B pankreas; hati, ginjal; usus.
Fungsi : Pengaturan rilis insulin, aspek lain dari homeostatis glukosa.
GLUT 3
Jaringan : Otak, ginjal, plasenta, jaringan lain.
Fungsi : Ambilan ke dalam neuron, jaringan lain.
GLUT 4
Jaringan : Otot, adipose.
Fungsi : Ambilan glukosa yang diperantarai insulin.
GLUT 5
Jaringan : Usus, ginjal
Fungsi : Absorpsi fructose
Hampir semua bentuk diabetes mellitus disebabkan oleh menurunnya konsentrasi insulin dalam sirkulasi (defisiensi insulin) dan menurunnya respon jaringan perifer terhadap insulin (resistensi insulin). Diabetes mellitus disebabkan penurunan kecepatan insulin oleh sel-sel β pulau langerhans. Manifestasi klinis diabetes mellitus terjadi jika 95% sel-sel β menjadi rusak dan mengakibatkan defisiensi insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel-sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraseluler yang menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan meningkatkan transport glukosa menembus membrane. Kelainan pengikatan glukosa dengan reseptor disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya tidak responsive terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor insulin intrinsik. Terjadi penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Timbul kegagalan sel β dengan menurunnya jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai.
5. Klasifikasi Diabetes
Menurut American Diabetes Assosiation (2003), terdapat empat tipe diabetes, yaitu DM tipe I, DM tipe II, DM jenis lain, dan DM saat hamil (diabetes gestasional) .
· Diabetes Melitus Tipe I.
Ledakan sekresi insulin pada keadaan normal terjadi setelah menelan makanan sebagai respon terhadap peningkatan sekilas kadar glukosa dan asam amino yang bersirkulasi. Pada periode pasca-absorbsi, kadar insulin basal rendah yang bersirkulasi dipelihara melalui sekresi sel-β. Walaupun begitu diabetes tipe I sebenarnya tidak mempunyai fungsi sel-β, dan juga tidak berespon terhadap variasi bahan bakar yang bersirkulasi maupun memelihara hasil sekresi basal insulin.
Diabetes tipe I harus tergantung pada insulin eksogen (suntikan) untuk mengontrol hiperglikemia, memelihara kadar hemoglobin glikosilat yang dapat diterima, dan mencegah ketoasidosis. Tujuan pemberian insulin pada diabetes tipe I adalah untuk memelihara konsentrasi gula darah untuk memelihara mendekati kadar normal dan mencegah besarnya belokan kadar glukosa darah yang dapat menyokong timbulnya komplikasi jangka panjang.
· Diabetes Melitus Tipe II.
Diabetes melitus tipe II adalah penyakit hiperglikemia akibat insentivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes melitus tipe II dianggap sebagai diabetes melitus nondependen insulin (DMNDI). Diabetes melitus tipe II biasanya timbul pada orang yang berusia lebih dari 30 tahun.
Diperkirakan bahwa terdapat suatu sifat genetik yang belum teridentifikasi yang menyebabkan pankreas mengeluarkan insulin yang berbeda, atau menyebabkan reseptor insulin tidak dapat berespons secara adekuat terhadap insulin. Juga mungkin terdapat kaitan genetik antara kegemukan dan rangsangan berkepanjangan atas reseptor insulin. Rangsangan berkepanjangan atas reseptor-reseptor tersebut dapat menyebabkan penurunan jumlah reseptor insulin yang terdapat di sel-sel. Individu yang mengidap diabetes tipe II tetap menghasilkan insulin. Namun sering terjadi kelambatan dalam sekresi setelah makan dan berkurangnya jumlah total insulin yang dikeluarkan. Hal ini cenderung lebih parah seiring dengan pertambahan usia pasien. Sel-sel tubuh, terutama sel otot dan adiposa, memperlihatkan resistensi terhadap insulin yang terdapat dalam darah. Pembawa glukosa tidak secara adekuat dirangsang dan kadar darah meningkat. Hati kemudian melakukan glukoneogenesis, serta terjadi penguraian simpanan trigliserida, protein, dan glikogen untuk menghasilkan bahan bakar alternatif. Hanya sel-sel otak dan sel darah merah yang terus menggunakan glukosa sebagai sumber energi efektif. Karena masih terdapat insulin, maka individu dengan diabetes tipe II jarang hanya mengandalkan asam-asam lemak untuk menghasilkan energi dan tidak rentan terhadap ketosis.
Tujuan pada pengobatan diabetes tipe II adalah untuk memelihara konsentrasi glukosa darah dalam batas normal dan untuk mencegah perkembangan komplikasi jangka panjang lama. Pengurangan berat badan, latihan, dan modifikasi diet menurunkan retensi insulin dan memperbaiki hiperglikemia diabetes tipe II pada beberapa penderita. Walaupun demikian, kebanyakan tergantung pada farmakologik dengan obat-obat hipoglikemik oral. Terapi insulin mungkin diperlukan untuk mencapai kadar glukosa darah serum yang memuaskan.
· Diabetes Melitus Jenis Lain.
Diabetes mellitus jenis lain disebabkan oleh kerusakan genetic fungsi sel β, mutasi pada reseptor insulin, penyakit eksokrin pancreas (pankreaktomi, infeksi), pengaruh dari penggunaan obat atau zat kimia (vakor, pentamidin, asam nikotinat, dilantin, glukokortikoid, hormone tiroid, tiazid, dan interferon alfa).
· Diabetes Melitus saat hamil (Diabetes Gestasional).
Diabetes gestasional terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes. Sekitar 50% wanita mengidap kelainan ini akan kembali ke status nondiabetes setelah kehamilan berakhir. Namun resiko mengalami diabetes tipe II pada waktu mendatang lebih besar daripada normal.
Penyebab diabetes gestasional dianggap berkaitan dengan peningkatan kebutuhan energi dan kadar estrogen dan hormon pertumbuhan yang terus menerus tinggi selama kehamilan. Hormon pertumbuhan dan estrogen merangsang pengeluaran insulin dan dapat menyebabkan gambaran sekresi berlebihan insulin seperti pada diabetes tipe II yang akhirnya menyebabkan yang akhirnya menyebabkan responsivitas sel. Hormon pertumbuhan memiliki beberapa efek anti-insulin, misalnya perangsangan glikogenolisis dan penguraian jaringan lemak. Semua faktor ini mungkin berperan menimbulkan hiperglikemia pada diabetes gestasional. Wanita yang mengidap diabetes gestasional mungkin sudah memiliki gangguan subklinis pengontrolan glukosa bahkan sebelum diabetesnya muncul.
6. Gejala Diabetes
Penyakit diabetes melitus ditandai dengan gejala 3P, yaitu poliuria (banyak berkemih), polidipsia (banyak minum), dan polifagia (banyak makan).
Disamping naiknya kadar glukosa darah, gejala diabetes melitus bercirikan adanya gula dalam kemih (glycosuria) dan banyak berkemih karena glukosa yang disekresikan mengikat banyak air. Akibatnya timbul rasa haus, kehilangan energi dan turunnya berat badSan serta rasa letih. Tubuh mulai membakar lemak untuk memenuhi kebutuhan energinya yang disertai pembentukan zat-zat perombakan, antara lain aseton, asam hidroksibutirat, dan diasetat, yang membuat darah menjadi asam. Keadaan ini yang disebut ketoasidosis, amat berbahaya, karena akhirnya dapat menyebabkan pingsan. Napas penderita yang sudah menjadi sangat kurus seringkali berbau aseton.
7. Kriteria Penderita Diabetes Melitus Berdasarkan Nilai Diagnostik Kadar Glukosa Darah Secara Enzimatik Sesudah Beban Glukosa 75 g (mg/dl)
1. Seseorang dikatakan menderita penyakit diabetes melitus bila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasanya ≥ 126 mg/dl (plasma vena), atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya ≥ 200 mg/dl.
2. Seseorang dikatakan terganggu terhadap toleransi glukosa bila hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasanya 110-125 mg/dl (plasma vena), atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa 75 gram hasilnya antara 140-199 mg/dl.
3. Seseorang dikatakan normal (tidak mengidap diabetes melitus) jika hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasanya ≤110 mg/dl (plasma vena), atau pada pemeriksaan kadar glukosa darah 1 jam setelah minum larutan glukosa < 180 mg/dl, dan hasil pemeriksaan kadar glukosa darah 2 jam setelah minum larutan glukosa < 140 mg/dl.
8. Komplikasi Diabetes
Diabetes sangat meningkatkan resiko akan penyakit jantung dan pembuluh, antara lain hipertensi dan infark jantung. Bila tidak atau kurang tepat diobati, lambat laun dapat terjadi gangguan neurovaskuler serius yang sangat ditakuti, yaitu :
1. Retinopati. Di dinding arteri timbul benjolan-benjolan yang mengganggu sirkulasi darah dan akhirnya terjadi aterosklerosis yang bisa mengakibatkan infark jantung. Begitupula kerusakan pada pembuluh kecil dan saraf (neuropati), yang akhirnya mengakibatkan kerusakan pada semua organ dan jaringan. Sering kali retina dihinggapi ciri-ciri pendarahan, udema, mengelupas dan menjadi buta.
2. Polineuropati perifer. Sering terjadi dengan perasaan ditusuk-tusuk dan hilang rasa di kaki-tangan atau benjolan sangat nyeri di kaki. Luka dan borok tersebut sukar sembuh dan tak jarang mengakibatkan gangreng (mati jaringan) dan amputasi.
3. Nefropati. Selain itu dapat terjadi kerusakan ginjal dengan hiperfiltrasi dan keluarnya albumin dalam kemih, yang kebanyakan bersifat fatal.
4. Lain-lain. Impotensi, infeksi Stafilococcus pada kulit dan keluhan claudicatio (penyakit etalase) di tungkai yang berciri kejang-kejang sangat nyeri di betis setelah jalan beberapa meter.
6. Obat-Obat Hipoglikemik Oral
Dikatakan ideal apabila :
1. Dapat mengendalikan hiperglikemia post prandial
2. Mempunyai resiko hipoglikemia yang minimal
3. Aman untuk penderita dengan resiko tinggi : usia lanjut, kelainan ginjal, kelainan hepar
7. TERAPI :
I. NON FARMAKOLOGIK
1. Edukasi
2. Exercise
3. Diet
4. Tek. Darah dikontrol
5. Kolesterol dibatasi
6. Konsumsi alkohol dibatasi
II. FARMAKOLOGI
1. INSULIN
Insulin merupakan pengobattan andalan untuk hamper semua pasien DM tipe I dan II. Jika diperlukan, insulin dapat diberikan secara IV atau IM, namun pengobatan jangka panjang bergantung terutama pada injeksi hormone secara subkutan. Sediaan insulin dapat diklasifikasikan berdasarkan durasi kerjanya menjadi kerja singkat, kerja sedang, dan kerja panjang.
TIPE
|
KERJA (JAM)
| ||
ONSET
|
PUNCAK
|
DURASI
| |
CEPAT
| |||
Regular terlarut (Kristal)
|
0,5 – 0,7
|
1,5 – 4
|
5 – 8
|
Lispro
|
0,25
|
0,5 -1,5
|
2 – 5
|
SEDANG
| |||
NPH (isophane)
|
1 – 2
|
6 – 12
|
18 – 24
|
Lente
|
1 – 2
|
6 – 12
|
18 – 24
|
LAMBAT
| |||
Ultra Lente
|
4 – 6
|
16 – 18
|
20 -36
|
Protamin zink
|
4 – 6
|
14 – 20
|
24 – 36
|
Glargin
|
2 – 5
|
5 – 24
|
18 – 24
|
Indikasi dan tujuan terapi:
Pemberian insulin secara subkutan merupakan pengobatan utama untuk pasien DM tipe 1, untuk pasien DM tipe 2 yang tidak cukup baik dikontrol melalui diet dan atau senyawa hipoglikemik oral, dan untuk pasien diabetes gestasional. Selain itu, insulin sangat penting untuk penanganan diabetes ketoasidosis, dan insulin memiliki peran penting dalam pengobatan hiperglikemia, koma nonketosis dan pengaturan perioperatif pasien DM tipe 1 dan 2.
Pada semua kasus tujuannya adalah menormalisasi, tidak hanya glukosa darah, tetapi juga semua aspek metabolism. Pengobatan optimal membutuhkan suatu pendekatan terkoordinasi untuk diet, olahraga dan pemberian insulin.
Glikemik hampir normal dapat dicapai pada pasien dengan dosis multiple insulin tiap hari atau yang disebut denga terapi pompa. Tujuannya adalah untuk mencapai konsentrasi glukosa darah puasa antara 90 dan 120 mg/dl dan nilai konsentrasi 2 jam setelah makan dibawah 150 mg/dl. Pada pasien yang kurang disiplin mungkin harus memeperoleh konsentrasi glukosa darah puasa yang lebih tinggi (140 mg/dl) dan konsentrasi 2 jam set makan 200-250 mg/dl)
2. SENYAWA HIPOGLIKEMIK ORAL
SULFONILUREA
Mekanisme kerja :
·
o sulfonylurea menyebabkan hipoglikemia dengan cara menstimulasi pelepasan insulin dari sel β pancreas.
o Pemberian akut sulfonylurea kepasien DM tipe 2 meningkatkan pelepasan insulin dari pancreas.
o Dapat meningkatkan kadar insulin dengan cara mengurangi bersihan hormon di hati.
o Efek sulfonilurea diawali dengan mengikat dan memblok saluran K+ sensitive ATP. Berkurangya konduksi K+ menyebabkan depolarisasi membrane dan influks Ca+ melalui saluran Ca+ sensitive tegangan.
Penggunaan :
Sulfonilurea digunakan untuk mengendalikan hiperglikemia paa pasien DM tipe 2 yang tidak dapat mencapai control yang sesuai pada perubahan diet saja.
Penggolongan obatnya
Generasi I ( Tolbutamid, klorpropamid, tolazamid, asetoheksamid)
Tolbutamid : dosis harian awal umumnya 500 mg, sedangkan total efektif maks 3000 mg
Asetoheksamid: Dosis 250 dan 1500 mg
Tolazamid dan klorpropamid biasanya diberikan dalam dosis harian 100 – 250 mg, sementara 1000 mg (tolazamid) dan 750 mg klorpropamid adalah dosis maksimal.
Tolbutamid, asetoheksamid dan tolazamid sering dibrikan 2 kali sehari 30 menit sebelum sarapan dan makan malam.
Generasi II ( Glibenklamide, Gliburide, Glipizid, Glimepirid, Gliquidon, Gliklazid)
Glibenklamid, Dosis
Gliburid, Dosis awal harian 2,5 – 5 mg, lebih dari 20 mg tidak dianjurkan
Glipizid, dosis harian maks 40 mg, terapi dengan glipizid biasanya dimulai dengan 5 mg yang diberikan sekali sehari.
Gliklazid, Dosis awal 40-80 mg perhari, dan dosis hariannya maksimal 320 mg
Glimepirid, terapi dimulai denga dosis rendah 0,5 mg sekali sehari, dosis harian efektif yang maksimal adalah 8 mg.
BIGUANIDE
Metformin ( glucophage)
Metformin bersifat antihiperglikemia, bukan bersifat hipoglikemia
Obat ini tidk menyebabkan pelepasan insulin dari pancreas dan tidak menyebabkan hipoglikemia, bahkan dalam dosis besar.
Mekanisme Kerja :
Mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan kerja insulin di otot dan lemak
Metformin juga dapat menurunkan glukosa plasma dengan cara mengurangi aborbsi glukosa dari usus.
Dosis :
Metformin biasanya diberikan dalam dosis terbagi dua atau tiga kali sehari. Dosis efektif yang maks adalah 2,5 mg perhari.
Metformin dapat diberikan dalam kombinasi dengan sulfonilurea, tiazolidindion dan atau insulin.
INHIBITOR α-GLUKOSIDASE
Akarbose
Mekanisme kerja:
Inhibitor α-glukosdase menurunkan absorbsi pati, dekstrin dan disakarida diusus dengan cara menghambat kerja α-glukosdase pada mikrovili usus. Penghambatan enzim ini memperlambat absorbs karbohidrat, peningkatan glukosa plasma setelah makan.
Inhibitor α-glukosdase tidak menstimulasi pelepasan insulin sehingga tidak menyebabkan hipoglikemia. Senyawa ini dapat dipertimbangkan sebagai terapi tunggal untuk pasien lansia atau terutama pasien hiperglikemia setelah makan.
Dosis :
Pemberian dosis obat secara perlahan 25 mg saat mulai makan selama 4 sampai 8 minggu diikuti dengan peningkatan pada minggu ke 4 sampai ke 8 hingga 75 mg tiap sebelum makan.
TIAZOLIDINEDION
Mekanisme kerja :
·
o meningatkan sensitivitas insulin
o menghambat poduksi glukosa oleh hati
o menurunkan resistensi insulin
Dosis :
500 mg, 2 x sehari 1-2 mg
dosis maksimal 2250 mg perhari
REPAGLINIDA
Mekanisme kerja:
Merangsang pelepasan insulin dari sel β pangkreas
Paling efektif jika diberikan antara 1-10 menit sebelum makan dengan dosis 120 mg.
KESIMPULAN:
Mekanisme kerja obat-obat hipoglikemik oral :
1. Menurunkan absorbs Karbohidrat (Akarbose, Metformin)
2. Meningkatkan sekresi insulin (Sulfonylurea: glibenklamin, glipzid, gliklazid, gliquidon,glimiperid; Nonsulfoniluea: repaglinide,neteglinide)
3. Menurunkan produksi glukosa hepar (Metformin)
4. Meningkatkan ambilan glukosa perifer (Sulfonilurea; gliben, glipzid, gliklazid, gliquidon,glimiperid; Thiazolidindion; metformin
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. 2001. Patofisiologi. Terjemahan oleh Brahm U, Pendit. EGC Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Dalimartha, S. 2005. Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Diabetes Mellitus. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta.
Ganong, W.F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Edisi 17. Terjemahan oleh Djauhari Widjajakusumah. Dewi Irawati. Minarma Siagian. Dangsina Moeloak. dan Brahm U. Pendit. 1999. EGC. Jakarta.
Goodman & Gilman`s. 2008. Dasar Farmakologi Terapi. Volume 2. Edisi 10. EGC. Jakarta .
Guyton. dan Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran, Edisi 9. Terjemahan oleh Irawati Setiawan. LMA Ken Arinata Tengadi. dan Alex Santoso. EGC. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta.
Merentek. E. 2006. Resistensi Insulin pada Diabetes Melitus Tipe 2, dalam Cermin Dunia Kedokteran. Vol 150.
Mycek, M.J., Harvey, R.A., dan Champe, P.C. 2001. Farmakologi Ulasan Bergambar. Edisi 2. Widjayamedika. Jakarta.
Price, A. & Wilson. 2006. Patofisiologi. Volume 1. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Terjemahan oleh Brahm U Pendit. EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.
Tan, H.T. dan Rahardja, K. 2002. Obat-Obat Penting. Edisi 5. PT Elexmedia Compotindo Kelompok Gramedia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar